Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Aku Sedang Tidak Baik-baik Saja

sedang tidak baik-baik saja/www.jejakbunda.com



Aku tahu, Aku sedang tidak baik-baik Saja




Dua ember besar pakaian menggunung. Sementara di sudut lain ruangan tampak beberapa tumpukan pakaian kering menunggu kreativitas untuk disetrika. Tangis bayi melengking memecah lamunan tanda ingin segera digendong.

Sementara batita dua puluh bulanan mengaduk sereal dan menuangkan air hingga luber membasahi lantai. Dua kakak laki-laki menuruni tangga dengan meluncur dari holder tangga lantai tiga menuju satu lantai dibawahnya.

Aku bergeming. Tubuh serasa tak mau digerakkan. Kehilangan semangat dan merasa kehilangan motivasi melakukan aktivitas seperti biasanya.


Bukan. Bukan karena sedang shaum Ramadhan. Tubuh serasa lemas tak bertopang tak senada dengan fikiran yang liar berlari tak tentu arah.

Bukan letih karena menghadapi empat balita sekaligus. Atau keempat anak lainnya yang dua berada di fase pre-teen dan dua lainnya adalah remaja.


Ini tak seperti biasa. Dan aku tahu aku sedang tidak baik-baik saja. Bukan keletihan biasa. Sebab bila letih, maka setelah terbangun dari istirahat biasanya pulih dan semangat kembali beraktivitas padat. Demotivasi.

Demotivasi? Benarkah itu yang terjadi?

Demotivasi adalah suatu perasaan dimana kita merasa lelah, kehilangan semangat, bahkan menyerah untuk melakukan sesuatu hal atau pekerjaan.

Demotivasi bisa disebabkan karena kondisi lelah secara fisik, emosional, mental atau rasa stres yang berlebihan. Saat perasaan  stres melanda dan emosional meningkat maka akan muncul sebuah rasa kehilangan motivasi dan semangat untuk melakukan pekerjaan secara terus-menerus dan berkepanjangan.

Menghindari emosi negatif yang mampu mempengaruhi kehidupan

Emosi merupakan hal alami yang yang sering dirasakan oleh manusia. Emosi secara umum dibagi menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif contohnya seperti rasa senang rasa bersyukur dan hal baik lainnya.

Sementara emosi negatif adalah rasa yang bila tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik dapat berdampak buruk bagi diri sendiri dan mempengaruhi kehidupan orang di sekitarnya.

Emosi negatif yang perlu dihindari adalah rasa kecewa yang berlebihan, perasaan marah tanpa alasan, perasaan sedih yang berkepanjangan, mood yang tidak stabil dan mudah berubah-ubah, serta merasa stress tiba-tiba.


Sedang tidak baik-baik sajakah dengan pasangan? Cek hubungan komunikasi.

Komunikasi yang kuat, jujur, dan terbuka menjadi salah satu cara penyelesaian masalah yang paling efektif dalam sebuah hubungan--- John Mayer, PhD- Psikolog Klinis.
Nah, ketemu.

Ada selip komunikasi antara aku dan suami beberapa waktu belakangan ini. Padahal dalam sebuah hubungan, terutama pernikahan yang merupakan relasi terpanjang komunikasi menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan.

Perbedaan 2 manusia yang memiliki latar belakang pengasuhan yang berbeda, kebiasaan hidup dan banyak hal lainnya tentu akan memberi pengaruh komunikasi dengan gaya yang berbeda pula. Padahal komunikasi adalah aspek terpenting dalam hidup.

Gaya komunikasi antara satu pasangan dengan pasangan lainnya tentunya berbeda dan setiap pasangan memiliki metode tersendiri dalam menyelesaikan masalah diantara keduanya.
Hambatan komunikasi di beberapa waktu adalah hal yang wajar dan biasa terjadi dalam hubungan pasutri namun perlu diingat untuk tidak saling menghindar, diam-diaman dan menurutkan ego pribadi.
sedang tidak baik-baik saja/www.jejakbunda.com
Author bersama putra ke delapan

Komunikasi yang tidak lancar erat kaitannya dengan rasa kecewa pada pasangan

Tidak hanya pada pasangan, adalah hal yang lumrah bila rasa kecewa muncul termasuk pada diri sendiri. Yang tidak wajar adalah membiarkan kekecewaan itu menjadi emosi negatif yang disimpan dalam waktu yang panjang dan merusak kesehatan diri baik fisik dan mental.

Release perasaan yang muncul lalu terima rasa itu, akui dan selesaikan sesuai kebutuhan. Bila mampu jujur dan menyampaikan secara langsung kepada orang yang bersangkutan tentu lebih baik dibandingkan memendam terlalu lama.

Sebaliknya saat amarah sedang memuncak, sebaiknya tunda berbicara agar tidak ada kata-kata yang meledak dan tentunya menyakitkan muncul yang berpotensi menimbulkan permasalahan baru.

Tips agar tidak mudah kecewa pada pasangan

Ada beberapa tips yang dapat diterapkan agar tidak mudah kecewa pada orang lain dan tentunya pada pasangan hidup. 

1. Hindari ekspektasi

Berharap dan bergantung jangan pada manusia, pasti kecewa

Manusia tempatnya salah dan penuh kelemahan. Program komputer yang canggih saja suatu ketika akan error juga. Realistis menerima kelebihan dan kekurangan adalah jalan terbaik menyikapi perbedaan dengan pasangan.

Toh yang kita nikahi adalah makhluk normal yang sejenis dengan kita yakni manusia. Kita juga mengakui diri tentunya punya kekurangan sama seperti dengan pasangan. 

Ekspektasi yang berlebihan akan menyulitkan sebuah hubungan. 

2. Introspeksi diri

 Sama-sama mengakui bahwa diri adalah manusia dan memiliki kelebihan yang sepasang dengan kekurangan tentu membuat kita menghargai perbedaan pola pikir dan perilaku dengan orang lain.

Bisa jadi orang lain berlapang dada dengan segala kekurangan kita. Ikhlas menerima kekurangan sebagai pelengkap kehidupan berumahtangga adalah jalan tengah kebijaksanaan.

3. Saling memaafkan dan berkomitmen untuk memperbaiki diri dan hubungan agar menjadi lebih baik

Kalo masalahnya di aku, ya mohon maaf deh karena aku, kamu jadi sedih dan kecewa begini," 

"InsyaaAllah kita perbaiki lagi ya dan jangan lupa ingatkan aku kalo aku melakukan kekeliruan," timpalnya.

Akhirnya berdamai lagi dan diakhiri dengan janji mengubah hal-hal yang keliru dan kata maaf yang tulus.

Fokus pada upaya perbaikan diri, agar tidak muncul lagi rasa kecewa di permasalahan lainnya.

4. Komunikasi


"Aku sebenarnya bukan gak ngeh kamu kesal dan kecewa. Tapi aku pikir lebih baik kita saling menghindar dulu sampai kamu bisa diajak ngomong,"

Jeng jeng.
Sebait pengakuan yang muncul dari ego seorang lelaki bertitel suami. Dipikir-pikir benar juga. Ia hanya berinisiatif agar tidak terjadi peperangan lanjutan. Bukan tidak care dan cuek.

Intinya communication is the key of relationship. Bila tidak dibicarakan, bagaimana bisa tahu isi hati dan sumber kecewa dari pasangan.

Saat aku sedang tidak baik-baik saja dan cara memunculkan hikmah dengan silaturahmi

Tokoh Perempuan Medan Timur/www jejakbunda.com
Tokoh perempuan Medan Timur, Bunda Arba'iyah bersama putrinya Ibu Nismaningsih. Sumber: koleksi pribadi author

Tokoh Aisyiyah Medan Timur/www jejakbunda.com
Mengunjungi ketua Aisyiyah Medan Timur, Ibu Zuaidar Purba. Sumber :koleksi pribadi author


"Rumah sering berantakan, kerjaan tidak beres-beres dan berbagai hal yang kita hadapi saat ini mbok jangan dibikin kemrungsung," sindir suami.

"Coba deh kita ketemu keluarga lain yang anaknya sejumlah anak-anak kita dengan jarak usia rapat, tidak punya asisten rumah tangga tapi rumah terus rapi dan segalanya beres. 
Biar kita studi banding dan belajar lagi teknik yang lebih baik," timpalnya lagi.

"Maafin aku ya, kita perbaiki lagi. Jangan sungkan untuk mengomunikasikan hal yang keliru, biar aku ngeh," janjinya saat menutup case dengan maaf.

Namun sebelum komunikasi diatas terjadi, aku menyempatkan diri mengambil hikmah berkunjung dengan beberapa tokoh masyarakat yang berada di kawasan tempat aku tinggal.

Ada tiga tokoh perempuan yang aku kunjungi. Mereka adalah para ibu yang sangat menginspirasi dan banyak berkontribusi terhadap organisasi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Ibu Sri Hayati, Bunda Arba'iyah dan Ibu Zuaidar Purba. Usia mereka 74 tahun dan bahkan Bunda Arba'iyah sudah memasuki usia 92 tahun enam bulan 10 hari, begitu terangnya lugas dengan ingatan dan tutur kata yang masih lantang.

Ibu Zuaidar Purba merupakan ketua Aisyiyah cabang Medan Timur yang tetap semangat menjalankan program organisasi dan bakti sosial ke masyarakat. 

"Kadang ibu pergi diantarkan becak, kadang bersama anak. Tidak tentu, tapi ibu tetap upayakan bergerak," begitu ungkapnya.

Kesamaan ketiganya adalah semangat berada dalam majelis ilmu. 

"Bunda sedari kami masih kecil pun tidak pernah menunda berangkat menuntut ilmu. Ada kalanya bunda tegas bila kaitannya dengan belajar," aku Bu Nismaningsih. Putri keenam Bunda Arba'iyah yabg bahkan usianya sudah jelang kepala tujuh.

Bunda Arba'iyah adalah tokoh perwiridan di kecamatan Medan timur. Ia memiliki 9 orang anak yang bahkan telah bercucu. Ia masih aktif dalam majelis ilmu walaupun usia sudah 92 tahun.

"Kematian bukan perkara usia. Bukan perkara siapa yang lebih dahulu lahir. Kematian adalah ingatan bagi yang masih hidup untuk bersyukur dan memberatkan amal," begitu ucapnya saat kami berbelasungkawa tatkala putra pertama beliau wafat.

Saat Bunda mendoakan author, hasil layar tangkap kamera author

sedang tidak baik-baik saja/www.jejakbunda.com
Bersama Bunda Arba'iyah tokoh perwiridan perempuan Medan Timur- Dokumentasi pribadi

Terkait silaturahmi, Rasulullah mencontohkan bahwa ini merupakan hal yang amat dicintai dan dianjurkan dalam Islam. Apalagi silaturahmi yang bertujuan untuk menyambungkan hubungan baik dan ilmu.

Sungguh Aku mencintai orang yang saling mencintai karena-Ku. Sungguh Aku pun mencintai orang yang saling berkunjung karena-Ku. Sunguh Aku mencintai orang yang saling berderma karena-Ku. Sungguh aku mencintai orang yang saling bersedekah karena-Ku. Begitu pula dengan orang yang saling menyambung (hubungan kekerabatan) karena-Ku.” (HR. Ahmad 5/229. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Manfaat silaturahmi

 Silaturahmi selain merupakan amalan yang dicintai Allah dan dicontohkan Rasulullah, memiliki manfaat yakni :

  1. Mempererat hubungan antara sesama saudara dan umat muslim.
  2. Meningkatkan rasa syukur
  3. Menambah ilmu

16 komentar untuk "Saat Aku Sedang Tidak Baik-baik Saja"

  1. Sambil baca tulisan ini, saya sambil mangut-mangut. Setuju sekali dengan setiap poinnya. Terima kasih telah membuat tulisan ini, semoga kita senantiasa mendapatkan pasangan (dan bisa menjadi pasangan) yang saling mencintai karena-Nya, dan bisa saling menurunkan ego dalam berkomunikasi dengan kepala dingin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tips biar ga kecewa apa temen seranjang ya,, No ekspektasi, instrospeksi diri, perbaiki diri, komunikasi, dan silaturahmi ya, well noted. Tfs Shisca ^^

      Hapus
  2. Lah.. Rupanya bu Neneng anaknya bunda Arbaiyah..

    Panjang umur banget bunda itu ya bun..
    Dan terkait tidak baik-baik saja ini, memang istri cenderung terkait dengan suami.
    Hal pertama yang mempengaruhi mood adalah sikap suami dan juga komunikasi yang tersendat.

    BalasHapus
  3. Rasulullah sudah mengajarkan semua hal ya mbak, bersedekah, silaturahmi. Kita sebagai umat pelu menerapkan dalam keseharian

    BalasHapus
  4. Memang silaturahmi itu obat ya kak. Awak kalo ada masalah dg pasangan, gak jauh jauh ya karena komunikasi yang tersumbat dan berujung silent treatment. Pola silent ini sebenarnya jadi jeda untuk awak agar gak kelepasan ngomong ketika emosi yang mana otak pasti nutup kan, jadi daripada kelepasan bicara, tenangkan diri dulu aja untuk beberapa jam haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entah kenapa perempuan memang sukanya menyelesaikan masalah dalam tempo yang sesingkat-singkatnya . Sementara suami maunya reda dulu emosi. Namanya juga satu dari mars satu dari venus pasti lah perbedaannya mendasar.

      Hapus
  5. Emang silaturahmi besar manfaat nya ya mbak. Saya pun pernah mengalami kesal yg berlebihan ehhh pas keluar samasama pulang kerumah jadi baikan hhehehhehhe. Letak silaturahminta di acara keluar samasama itu hehhehehehehe

    BalasHapus
  6. Ketika suasana hati Tak enak awakpun sering menjumpai Bunda Bunda para senior berpengalaman. Kadang cakap cakapnya membuat pikiran terbuka, separo Tak enak jadi terbang. Apapun. Semangat ya siska.. sehat selalu..

    BalasHapus
  7. Salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh setiap pribadi adalah pengetahuan dan kesadaran atas kondisi diri.

    Elva setuju, penting sekali kita memahami saat diri tidak baik-baik saja dan pengetahuan apa yang harus dilakukan bila hal tersebut kita alami.

    Jangan pernah sepele dengan kesehatan mental kita ya..

    BalasHapus
  8. Rasa sedih di lebaran tahun ini juga melanda saya.
    Rindu silaturrahmi...
    Lebaran tahun ini kami betul-betul tidak silaturrahim, kami tidak menerima kunjungan dan berkunjunga ke rumah teman atau kerabat.
    Karena di sini tidak ada kerabat, kerabat semua di kota lain, dan teman yang ingin dikunjungi pada mudik ke kota lain juga.
    Mumet juga...
    Jalan alternatif kami, ya jalan-jalan saja sekeluarga naik motor keliling kota Denpasar. Udah capek, ya pulang..
    Lumayan fresh juga fikiran, Alhamdulillah

    BalasHapus
  9. Semoga di hari raya tahun depan kami sekeluarga bisa mudik, berkumpul dan silaturrahim dengan keluarga besar dan teman-teman

    BalasHapus
  10. Terharu dengan ikhtiar Shisca untuk memunguti hikmah dari tokoh2 perempuan yg juga beranak banyak. Hiks,, kadang kk pun merasa gitu,, rumah berantakan krn masih ada anak usia SD dan balita nih,, suami kk blg, kuncinya meluangkan waktu utama utk rumah, bukan sisa2 waktu. Postingan yg menggugah nih, Shis.. jazakillah khair

    BalasHapus
  11. senangnya ya sekarang lebaran bisa mudik dan bersilaturahmi dengan keluarga, khususnya orangtua, alhamdulillah, selamat lebaran ya mba, mohon maaf lahir bathin

    BalasHapus
  12. Masya Allah mbak... saya langsung merasa kuecil. Anak 2 aja udah banyak ngeluhnya kalau rumah berantakan dan berantem melulu. Apa kabar mbak dengan 8 amanah yang luar biasa...

    Memang benar ya mbak kalau komunikasi ma suami lagi nggak lancar, bisa bikin demotivasi. Saya juga gitu.. jadi memang harus rajin2 instropeksi diri kalau sedang tidak baik2 saja, ada apa nih...

    BalasHapus
  13. Bagus sekali ini tulisannya, kalo bisa sharing jg baik kak dengan teman yg paham kondisi kita, apalagi dia sepenuh mendengar. Kalau awq yg sdg mengalami hal ini sih malah pengen nya sendiri, melakukan perjalanan yg sendirian. Dengan diam mgkn awq lbh bisa fokus dlm perbaikan diri.

    BalasHapus
  14. aku setuju banget sama poin pertama mbak, bahkan sejak sebelum menikah aku sudah meyakinkan diri untuk tidak berkspektasi tertalu tinggi. alhamdulillah kalau ada yg mungkin beda, bisa diselesaikan atau dikendalikan dg lebih baik

    BalasHapus