Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saatnya Ayah mengubah Lockdown menjadi Love On


Sudah melewati pekan ketiga sejak awal digaungkan instruksi lockdown terkait kasus Convid 19 di Nusantara. Terakhir sekali ayah melakukan kegiatan kerja adalah saat menghadiri undangan di sebuah Rumah Qur'an di daerah Bekasi dalam pelatihan Bela Diri Lesat ( sebuah konsep bela diri praktis non kompetisi yang diciptakan ayah) sekitar belasan Maret. Setelah kembali ke rumah, kami sekeluarga mengikut patuh instruksi tersebut dan men-cancel seluruh agenda kerja ayah yang sudah conform. Praktis, sejak saat itu ayah yang keberadaannya di rumah terhitung langka menjadi stay at home 24 jam.

Sebenarnya tidak ada yang berubah dari pola kegiatan kami sebagai pelaku pendidikan rumah. Anak-anak tetap berkegiatan seperti biasa. Makan dan cemilan juga tetap seperti biasa. Tak ada yang berubah. Kecuali hari - hari menjadi lebih istimewa, terutama buat saya sebagai bunda dan juga ke-enam anak-anak kami.

Sejak ayah stay at home, sentral pendidikan tidak lagi milik saya semata. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain dan belajar bersama ayah. Begitu pun dengan pekerjaan rumah. Praktis, banyak aktivitas rumah yang biasanya harus saya handle sebagai orang dewasa diambil alih oleh sang ayah. Ayah dan anak-anak melakukan aktivitas rumah tak sekedar menyelesaikan urusan pekerjaan rumah tangga, tapi lebih kepada meningkatkan bonding bersama anak-anak.

Training jelang bunda melahirkan- begitu bahasa yang kami gunakan untuk kondisi hari ini. Qadarullah, beberapa pekan lagi setelah lebaran adalah prediksi HPL putra kami yang ketujuh. Dan kondisi wahnan 'ala wahnin di usia yang tak lagi muda ini terkadang membuat ruang gerak bunda menjadi lebih slow down. Dan MaasyaaAllah, rencana besar dan rezeki ini adalah kemudahan yang Allah berikan saat kami mencoba memunculkan rasa syukur dibalik kondisi pandemi hari ini.

Banyak sekali aktivitas yang bisa dilakukan ayah saat stay at home bersama anak-anak. Mungkin aktivitas yang kami lakukan bisa menjadi masukan untuk keluarga yang lainnya.

1. Memperkuat sistem halaqah keluarga dirumah.
Keberadaan ayah dirumah, menjadi momen tarbiyah bagi keluarga. Setiap harinya ayah bisa mengumpulkan anak-anak dalam halaqah keluarga. Ayah bisa men-cek sejauh mana pemahaman aqidah anak-anak lewat diskusi ataupun dialog bagi anak-anak yang sudah di fase jelang baligh. Waktu melaksanakan kegiatan halaqah keluarga tidak perlu terlalu lama. Sekitar 30-40 menit cukup sembari mengajak anak belajar menyampaikan kembali materi yang telah diberikan ayah.

2. Meningkatkan ibadah berjamaah.
Biasanya sebelum kondisi pandemi aktivitas ibadah yang dilakukan bersama-sama paling - paling adalah qiyamullail ataupun Dhuha berjamaah. Nah, disaat kondisi hari ini, ayah bisa menggilir para anak untuk mengimami sholat berjamaah. Selain bisa menjadi sarana perbaikan hal ini bisa meningkatkan shohihul ibadah anak-anak.

3. Menjadi teladan dalam berinteraksi dengan anggota keluarga.
Teladan hanya bisa dicontohkan, karena teladan bukan hal yang abstrak. Anak-anak perlu contoh bagaimana bersikap dan bertindak yang benar. Hal ini hanya bisa kita download semenjak dini agar menjadi kebiasaan dalam ber-matinul khuluq. Saat anak-anak menghadapi konflik dengan sesama saudaranya, saat makan dan minum bersama, saat tidur, saat bermain, saat belajar dan saat berinteraksi dengan orang tua tentunya sudah lengkap dijelaskan dalam adab-adab islami. Dan ini akan efektif bila dicontohkan lewat prilaku dibandingkan dibaca di buku.

4. Work-out bersama.
Olahraga adalah salah satu sarana bonding di keluarga sembari meningkatkan stamina dan imunitas tubuh. Di masa pandemi Convid 19 ini, peningkatan imunitas sangat penting. Selain dari makanan sehat dan istirahat yang cukup, olahraga menjadi salah satu hal yang harus dirutinkan. Sebagian memilih aktivitas berjemur di jam tertentu di bawah sinar matahari. Tentunya aktivitas berjemur bisa menjadi lebih menggairahkan bila dibarengi aktivitas work-out bersama. Bisa bersepeda bersama, main bola, menggerakkan anggota tubuh a.k.a senam atau pun bermain bayangan dan melukis objek benda. Allah tentunya suka sekali terhadap muslim yang sehat. Qawiyyul jism, sehat iman dan sehat imun.

5. Menjadi guru bagi anak
Biasanya yang sering terjun mengajarkan anak-anak dirumah adalah para bunda. Para ayah kadang terkooptasi oleh kegiatan mencari nafkah sehingga jarang sekali mengalokasikan waktunya menemani anak belajar. Biasanya, ini sering terjadi pada ayah yang pergi pagi pulang hingga larut malam. Sehingga perwakilan tugas mendidik sering didominasi dan diwakilkan oleh para bunda. Ayah tak harus tampil bak pak guru di sebuah sekolah membawa tumpukan buku dan alat peraga pendidikan. Ayah bisa memulai topik belajar dan diskusi lewat tema kekinian untuk menambah tsaqofah bagi anak-anak. Bermain cerdas cermat ataupun game tebakan juga tak ada salahnya. Tebak-tebakan nama binatang yang ada disebutkan dalam Al-Qur'an misalnya. Atau bagi ayah yang memiliki anak jelang baligh, bisa berdiskusi mengenai perbedaan mani atau madzi serta tanda-tanda jelang baligh. Bisa jadi, ananda yang kita anggap masih imut ini sudah dalam fase baligh nya. Cek, bila perlu ajak belajar mandi wajib yang sesuai dengan syariat agar ibadah yang dilakukan tidak sia-sia.

6. Bulan lockdown, bulannya berlatih menyambut Ramadhan tiba.
Ramadhan karim tak lama lagi menghampiri kita beberapa hitungan lamanya. Saatnya para ayah mengajak anak-anak berlatih melawan hawa nafsu dengan shaum sunnah, meningkatkan tahsinul Qur'an, memurojaah hafalan, menambah rakaat sholat Sunnah dan banyak hal lainnya yang bisa meningkatkan daya tahan keimanan jelang Ramadhan. Alangkah enaknya bila kita sudah start melaksanakan kegiatan ibadah justru sebelum ramadhan. Agar ibadah dan ketahanan yang kita lakukan menjadi rutinitas yang menyenangkan karena telah terbiasa.

7. Melatih anak-anak agar disiplin dan profesional
Biasanya di kantor, setiap agenda disusun rapi dan profesional. Jam masuk kerja ataupun jam keluar kantor tidak bisa sesuka hati pekerja. Semua ada aturan sesuai peraturan dan prosedur ditempat bekerja. Bagi anak-anak yang terbiasa dengan jadwal belajar di sekolah, fase #dirumahaja jangan menjadi asbab anak-anak menjadi tidak tertib pada waktu belajar. Ayah harus membiasakan semuanya dengan rapi dan disiplin. Kelak,para anak-anak ini harus berhadapan langsung dengan dunianya yang menuntut keprofesionalan mereka. Untuk itu ayah harus hadir dan mendesign anak-anak sedari dini. Hal ini bisa dimulai dengan membiasakan tertib sholat pada waktunya dan tidak menunda-nunda sholat bila adzan telah tiba, menertibkan jadwal makan, belajar dan juga istirahat. 

8. Beres-beres rumah bersama ayah.
Sudah jarang kah kita melihat para ayah di lingkungan kita memegang sapu? Kemoceng ataupun menjemur pakaian? Semua berangkat dari pendidikan rumah. Biasakan tak mengelompokkan pekerjaan rumah dengan gender. Karena semua pekerjaan rumah tangga bukanlah jenis kelamin. Anak laki-laki tetap harus tahu bagaimana teknik membersihkan rumah. Ia juga suatu hari nanti memiliki rumah tangganya sendiri. Mengurus adik juga adalah sarana meningkatkan rasa sayang dan melatihnya agar cekatan menjadi seorang ayah kelak. Memasak bukanlah hal yang tabu, bahkan beberapa juru masak terkenal adalah laki-laki. Rasulullah juga mencontohkan akhlaknya dalam menyelesaikan urusan rumah tangganya. Bukankah Beliau shalallahu alaihi wasallam adalah teladan terbaik yang harus menjadi contoh bagi kita para muslimin?

9. Berlatih meningkatkan skill bersama ayah.
Qadarullah, ayah yang berada dirumah kami bukanlah seorang pegawai negeri ataupun pekerja kantoran. Sang ayah mengandalkan skill yang ia miliki sebagai lahan maisyah. Di era #workfromhome salah satu aktivitas yang dilakukan ayah adalah meningkatkan skill buat anak-anak. Para ayah lainnya bisa juga menjadikan sarana belajar meningkatkan kemampuan yang dimiliki kepada anak-anaknya. Misal merakit mainan, latihan ketangkasan, menciptakan produk yang bisa dijual ke tetangga ataupun teman, dan banyak lagi keahlian lainnya yang bisa diajarkan dirumah.

10. Meningkatkan rasa empati ananda.
Salah satu efek samping dari lockdown untuk masyarakat kita pada umumnya adalah pelemahan ekonomi. Tentu saja, ini berimbas pada kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Bagi beberapa keluarga yang memiliki simpanan keuangan dan tabungan tentu kondisi 'makan' bisa disikapi tanpa ada perubahan yang signifikan. Bagi keluarga yang mata pencaharian utama mengandalkan upah harian ditambah tak punya tabungan tentunya menyimpan kepedihan pada hati sang kepala keluarga sebagai pencari nafkah.
Ayah, gunakan momen ini untuk meningkatkan empati para ananda kita agar mampu berta'awun pada sesamanya. Bulan Ramadhan adalah bulannya berinfaq dan bersedekah. Jangan tunggu ramadhan tiba. Ajak ananda kita untuk mendoakan saudaranya yang kurang mampu. Sekaligus berbagi apa saja yang kita miliki ke tetangga terdekat yang kita ketahui mengalami kesulitan. Memperbanyak kuah makanan dan berbagi pada saudara di sekitaran rumah dan mengajak mereka mengantarkannya. Tentunya tetap gunakan standar dan prosedur keluar rumah ya.
Muslim ibarat satu tubuh, bila ada yang terluka maka selayaknya kita turut merasakan duka saudara kita.

Nah, ayah. Banyak sekali bukan yang bisa kita lakukan saat lockdown di rumah. Ubah lockdown penuh kegabutan dengan mengaktifkan Love on di rumah dengan kehangatan ayah yang penuh cinta. Semoga bermanfaat dan barokah ditengah badai wabah yang melanda dunia.

Mari move on, Ayo Love on

33 komentar untuk "Saatnya Ayah mengubah Lockdown menjadi Love On"

  1. Wah kami udah mulai praktek nih yang puasa Senin Kamis di bulan syaban.
    Alhamdulillah selagi lock down ibadah gak kendur ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren laaaah udah pada start shaum ya.
      Minus Zia badan Ghazi berarti?

      Hapus
    2. Alzam pernah ikut shaum juga. Tapi karena rutin Senin Kamis, dia mundur teratur.. hahaha.

      Hapus
  2. Banyak hikmahnya ya
    Kawan2 ku yv kerja, jd ampun2 ngurusi anak2 yg school at home, asik begaduh aja katanya haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak papa begaduh, pertanda generasi banyak ide dan gagasan itu. Bikin Anak anak belajar menyelesaikan konflik, yang penting gak main fisik aja

      Hapus
  3. masyaAllaaaah makasih sharingnya kak. pengen adik awak ngerjain ini begini, tp ttp tanggung jawab di orang tua ya. orang tua yg harus mendukung dan memberi contoh sejak awal. smoga lah keluarga kami bisaa. fight.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat els, sebagai kakak, kita juga bisa jadi support sistem buat keluarga dirumah kok

      Hapus
  4. Mantul ini programnya Shischa... insyaallah kami baru hari ini mau menggelar "family forum" rutin kl anak2 yg dr pesantren pulang. Biasa dikasih waktu dl seminggu mereka bebas2 di rumah, ngikut ala pesantren, menerapkan segala sesuatunya itu butuh step by step.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren kak Mia...
      Apalagi anak pondok itu pastinya punya ghiroh berfikir yang luar biasa.
      Salute

      Hapus
    2. Tp musti kita kasih masukan dan koreksi juga pelan2, Shischa... kadang penyakit anak pesantren ini, segala hal ttg pondoknyalah yg the best. Jd pemikirannya perlu diluruskan juga hehe

      Hapus
  5. Banyak hal yang dilakukan semenjak di rumah aja kk, apalagi membereskan rumah serta mengajar anak-anak dengan berbagai pelajaran, menyenangkan namun kadang suka bosan hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe,
      Iya.. fitrahnya Manusia kan emang berkoloni sebagai makhluk sosial ya kak. Semoga makin semangat bermain dengan anak-anak

      Hapus
  6. Mantap banget dah kegiatan ayah membersamain pasukannya, sayangnya paksuku masih harus ke kantor. Tak apalah dinikmati saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dinikmati aja Dy.
      Qadarullah kami ditakdirkan Allah sebagai keluarga yang sekolah hanya dirumah dan si ayah pun bukan pekerja di balik meja. Hehehe

      Hapus
    2. Iya kak, kita nikmati saja. YAng terpenting semua sehat dan kuat menghadapi kondisi saat ini.

      Hapus
  7. Baca ini aku langsung ingat suami yang di prantauan hiks, beruntungnya dirimu kak :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah MaasyaaAllah kak Iid.
      Tabarakallah, semoga Allah selalu menjaga kak Iid sekeluarga ya.
      Tiap rumah, beda iklim dan curah hujannya

      Hapus
  8. Keren euy aktivitas ayah bersama anak2. Banyak hikmah dibalik pandemi ini ya sis...salah satunya mengembalikan para ayah ke singgasananya...hehehe

    BalasHapus
  9. Ada banyak hikmah ya kan kak, kami juga home education jadi sebenarnya gak gitu ada pengaruh juga dengan lockdown hanya saja karena gak keluar rumah secara disengaja itu yang membuat seakan-akan terasa berat

    BalasHapus
  10. Kirain foto2 pertama di atas itu foto pak amri dan anak2 heheheh

    btw, habis masa karantina kita ini nanti, mau lah anak kami belajar lesat lagi bunsis....
    tolong disampaikan pada pak Amri ya heheheh

    BalasHapus
  11. Semangat untuk kelahiran anak ketujuh kak. Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari kejadian wabah ini. Bonding orangtua dan anak juga bisa lebih kuat.

    BalasHapus
  12. Iya bener.. lockdown bawa pengaruh besar dalam bonding keluarga. Kami merasakan syukur luar biasa sama Hal ini. Malah semakin betah di rumah Dan kayak ada perasaan yang tumbuh bahkan may ke supermarket aja kok ya gak.bisa kalo gk ber 4. Semoga gal jadi ketergantungan yang menyesatkan .. goes to more love on..

    BalasHapus
  13. Benar sekali, Mbak Shisca. Dalams ebuah situasi, selalu ada hal-hal yang bermanfaat bagi kita juga. Sama seperti adik saya dan istrinya bekerja. Adik saya hanya minggu libur. Nah, waktu lockdown ini sangat banyak untuk bersama anak-anaknya. Banyak kegiatan seru mereka lakukan yang tidak bisa dilakukan pas hari biasa.

    BalasHapus
  14. Banyak hikmah dari wabah ini ya k. Semua orang menjadi lebih dekat dengan keluarga bonding jadi makin ningkat dan ngerubah lockdown jadi love done ya k. semoga wabah segera berlalu

    BalasHapus
  15. Setuju banget. Menjelang bulan ramadhan dan selagi kita diberi waktu dirumah aja kita bisa melakukan berbagai hal yang sebelumnya terasa berat atau gak ada waktu untuk dikerjakan.

    BalasHapus
  16. Judulnya kece kak. Memang saatnya udah seperti ini sih, ketika ayah jg lebih banyak d rmh, perannya jg harus dimaksimalkan utk keluarga ya

    BalasHapus
  17. Masha Allah, hikmah corona virus begitu indah ya Mba, bisa bareng -bareng si ayah setiap hari.
    Anak-anak senang banget tuh.

    Banyak kegiatan yang bisa dilakukan bersama dan yang paling menyenangkan adalah bisa sholat bareng 😊

    BalasHapus
  18. Suka sama judulnya..
    Betewe kegiatannya seru-seru yang mb.. Menginspirasi..

    BalasHapus
  19. Pasti ada sisi positif nya ya kak dengan situasi saat ini terutama untuk mengevaluasi hubungan anak ortu. Jadi kalau ada kekurangan bisa cepat diperbaiki dan Tdk berlarut 2 . Senantiasa sehat ya dan makin kompak menjalankan kegiatan bersama

    BalasHapus
  20. Seru juga ya ternyata di kondisi yang seperti ini bisa semakin mendekatkan hubungan di antara keluarga. Saya sama adik saya masih terasah jauh walaupun sudah di dirumah mengingat gadget dan permainan mengalihkan dunia mereka. Mau diajak belajar bersama dan memanfaatkan waktu dengan baik mereka masih enggan. Jadi saya masih bersuha mencari cara untuk membujuk mereka dengan cara yang berbeda.

    BalasHapus
  21. masyaAllaaaah makasih sharingnya bunda, inspiratif banget bisa ditiru untuk keluarga di rumah. Semoga wabah ini cepat berlalu biar kita semua bisa beraktivitas dengan normal kembali

    BalasHapus