Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Adakah secuil rasa takut di hati kita seperti takutnya Umar



Duduklah sejenak, istirahatkan nafsu mengejar rongrongan dunia yang seakan tiada henti. Kita akan menelusuri kisah seorang yang terkenal ketegasan dalam kebenaran, sosok pemberani yang mudah tumpah airmatanya mengkhawatirkan teguran Tuhannya

🌤 Di sebuah Jum'at,tubuh besar itu berlari-lari kecil dengan 21 tambalan yang menghiasi pakaiannya. Tampak qamish lembab dan belum kering yang ia pakai saat naik keatas mimbar seraya meminta maaf karena terlambat menyampaikan khutbah,

 "Maafkan keterlambatanku, Sebenarnya aku terhalang karena menunggu bajuku kering karena tak ada selain ini"

Dan Ia adalah Amirul mukminin.
Pria gagah perkasa buah tarbiyah Rasulullah ini senantiasa menangis saat hatinya mengetuk menanyainya

"Apa yang kelak akan engkau katakan pada Tuhanmu?"

 Bukan karena takutnya pada Allah, namun karena kecintaan, penghormatan dan rasa malu kepadaNya. Rasa malunya membuat ia mengasingkan diri dari kemewahan dunia. 10tahun,6bulan dan 4hari ia lewati dengan perasaan bergetar memikul amanah sebagai khalifah lantaran takut tergelincir akan lalainya ia pada tanggungjawab nya.

Suatu hari, beberapa sahabat berkumpul dan sepakat untuk membicarakan tunjangan khusus buat Umar. Namun, karena mereka tahu bahwa Umar sangat keras dan akan menentang permintaan sahabat maka mereka meminta bantuan Hafsah binti Umar agar melunakkan Umar.

 "Wahai Hafsah, saat engkau menjadi istri Rasulullah pakaian apa yang engkau miliki?"

_"Dua lembar baju"_ jawab Hafshah.

_"Makanan terbaik apa yang pernah engkau makan?"_ tanya Umar

_"Roti gandum dengan kuah Samin"_jawab Hafsah

_"Tempat tidur apa yang paling nyaman yang kau miliki dirumahmu"_ tanya Umar lagi

_"Kain tebal yang digelar di musim panas,dan digelar separuh dimusim dingin untuk dijadikan selimut"_ jawab Hafshah

Umar lalu berkata tegas 
" Wahai Hafsah bila ku ketahui siapa yang mengutusmu niscaya akan aku hisab mereka. sampaikan kepada orang yang mengirimmu padaku,bahwa perempuanku dan kedua sahabatku (Rasulullah dan Abu Bakar)ibarat tiga orang yang menempuh satu jalan. Yang lain telah lewat dan membawa bekal, lalu apakah orang ketiga ini rela menempuh jalan yang berbeda dari keduanya"

Begitulah Umar, rasa gentar saat membayangkan _"Apa yang kelak akan engkau katakan pada Tuhanmu?"_  menjadikan kejujuran dan keteguhan dalam menjalankan kekuasaannya.

Ia tegas menindak para pejabat nya apabila terdapat pengaduan dari rakyatnya. Dan ia pun tak segan meralat kebijakan yang ternyata melukai rakyat nya.
Suatu ketika, mengetahui bahwa salah seorang wanita menghentikan penyusuannya agar anaknya mendapat tunjangan dari pemerintah padahal usianya masih beberapa bulan,Umar menangis. Saat itu, bacaannya tidak jelas didengar saat mengimami para sahabat sholat shubuh. Setelah salam, ia berkata pada dirinya

Celakanya Umar! Betapa banyak ia telah membunuh anak-anak muslimin"

Umar langsung mengintruksikan pejabatnya agar menunda para ibu terburu-buru menyapih anaknya. Dan berjanji memberikan tunjangan dari Baitul Maal kepada setiap bayi muslim.

Begitulah Umar, sosok perkasa namun lembut hatinya pada kebenaran. Yang berlarian diterik matahari saat panas hampir melelehkan gunung-gunung demi mengejar dua ekor anak unta hasil sedekah kaum muslimin.
Yang menolong persalinan perempuan asing yang merintih hampir melahirkan bersama istrinya Ummi Kalsum binti Ali r.a. Memasakkan makanan buat rakyatnya saat musim paceklik tiba.
Semua tersebab ia takut mengkhianati tanggungjawab kepemimpinannya kepada Allah dan RasulNya dalam urusan apapun.
Dengan teriakan tertahan dan rasa takut penuh getaran ia mengatakan

Coba seandainya ibu Umar tidak melahirkan Umar. Apa yang kelak akan dikatakan Umar kepada Tuhannya


Getaran yang amat sangat saat menuliskan setiap kisah tentang Umar yang begitu mencintai Rabbnya menjadikan diri ini hanyut pada keteguhan dan keberanian seorang Umar tersebab hisab Allah.

Sudah seperti apa kita tanamkan sikap taqwa kepada Ananda terhadap amalan yang disaksikan Rabbnya?
Mari berbagi, untuk bersama membangun generasi

•┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈•

11 komentar untuk "Adakah secuil rasa takut di hati kita seperti takutnya Umar"

  1. Umar yang ditakuti setan aja hatinya selembut itu.

    Hiks...


    Mudah2an kelak ada pemimpin seperti Umar 😊

    BalasHapus
  2. Mudah2an suamiku bisa seperti Umarr. Amin

    BalasHapus
  3. seandainya indonesia dipimpin oleh pemimpin berkarakter sperti umar.. pasti indonesia sejahtera sampai ke sudut desa..

    BalasHapus
  4. MasyaAllah.. ketika membaca shirah Rasulullah dan para khalifah terasa kita ini masih sangat jauh akhlaknya darimereka :'(

    BalasHapus
  5. Umar merupakan contoh pemimpin yang patut dicontoh bagi negeri ini.

    BalasHapus
  6. Yg awak takutkan tiap malam adalah kematian kak. Awak takut besok awak udah gak ada. Atau orang tua awak gak ada.. kadang sampai tak bisa tidur

    BalasHapus
  7. Semoga di negeri ini banyak pemimpin seperti Umar

    BalasHapus
  8. sayyidina umar rahimahullah memang masyaAllah.

    nice post kak e.

    BalasHapus
  9. Further consideration is required to make sure playing coverage, business dafabet practices and public well being measures extra effectively cut back playing hurt in modern settings. In specific, the proliferation of inducements and the poor pricing of complicated bets corresponding to multi-bets, and their outsized attraction to gamers with issues, should be a key area of focus. These incentivised bets goal problem gamers with poor odds, whereas profitable gamblers are banned from play by on-line betting providers. This mixture is clearly in opposition to customers’ affordable expectations for fair-play in betting.

    BalasHapus