Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Syaikh Ali Omar Yacoub Abbasi, Imam Besar Masjidil Aqsha

Beberapa keluarga mempergunakan akhir pekan sebagai waktu untuk berkumpul bersama namun sebaliknya di keluarga kami akhir pekan seringkali menjadi waktu padat aktivitas di luar rumah. Seperti kali ini, saat sang ayah memiliki agenda luar dan harus berangkat ke luar kota. Biasanya kami saling kordinasi untuk membuat formasi keberangkatan.

Membawa dua hingga empat anak kerap dilakukan sang ayah sembari melaksanakan tugas keluar. Namun bila perjalanannya cukup jauh dan tidak memungkinkan untuk membawa banyak anak, maka dipertimbangkan untuk membawa balita tengah dalam safar bersama suami sementaranya yang batita ikut bersamaku.

"InsyaaAllah Ayah sampai di Medan sekitar waktu isya," sebuah chat masuk melalui aplikasi hijau ke dalam gawai.

Alhamdulillah, ternyata kegiatan di luar kota tidak membuat ia bermalam fikirku sambil menyimak narasumber memaparkan materi. Aku memang sedang mengikuti sebuah kegiatan yang melibatkan puluhan ibu di kota Medan. Biasanya Desember banyak diisi kegiatan menyambut hari Nasional khususnya untuk perempuan.

"Setiba di Medan, Ayah sepertinya langsung menemui Mr Z," sebuah pesan kembali masuk setengah jam kemudian.

Isi pesan tersebut membuatku mafhum bahwa beberapa hari kedepannya suamiku akan bermalam karena tugas pengawalan. MR Z adalah orang yang biasa menghubungi suami terkait rekayasa pengamanan bila ada tamu penting yang mereka undang hadir ke kota Medan.

Begitu kontras pekerjaan yang ia lakoni. Bagai pedang dan bunga. Terkadang berada di panggung seni sebagai musisi profesional, kali yang lain menjadi seniman beladiri.


Syaikh Ali Omar Yacoub Abbasi, satu dari enam imam besar masjidil Aqsha di Palestina

Malam beranjak larut. Belum terlihat tanda-tanda kepulangan suami ke rumah. Pesan masuk pun belum juga kuperoleh. Fix. Ia mungkin tak pulang malam ini. Kususuri anak tangga lalu berjalan menuju lantai bawah memutar kunci dan memastikan semua telah rapi berulangkali.

Salah satu penyakit yang aku miliki adalah sulit menghilangkan trauma. Sekitar pertengahan 2011, rumah yang kami tinggali pernah kemasukan maling. Saat itu suamiku sedang berada di kota Padang melaksanakan konser amal bersama musisi Ebiet G. Ade pasca bencana alam. 

Nyaris, aku hanya berdua di rumah bersama putri kami menghadapi situasi mencekam karena ia membawa senjata tajam dan sebilah kayu panjang yang tertinggal di rumah. Syukurlah hanya handphone yang ia ambil. Allah masih menyelamatkan nyawaku dan anakku.

Beberapa menit berlalu setelah memastikan rumah terkunci aku kembali ke kamar. Mengintip anak-anak yang tengah terlelap. Sebuah pesan masuk ke gawai.

"Maaf, lama mengabari. Besok pagi Ayah pulang untuk ambil baju ganti,"

Beberapa foto turut ia kirimkan menunjukkan lokasi keberadaan dan tamu yang akan ia dampingi beberapa hari kedepan. Ia Syaikh Ali Omar Yacoub Abbasi. Salah seorang Imam besar masjidil Aqsha di Palestina. Aku sempat berfikir ia mendampingi Ustadz Abdul Somad seperti sebelumnya lantaran pekan itu UAS dikabarkan berkunjung ke Astaka bersama Gubernur Sumut. Ternyata aku salah.

www.jejakbunda.com
Koleksi pribadi author 


www.jejakbunda.com

Bersama Syaikh Ali Omar Yacoub Abbasi 


Biasanya suami tidak banyak bercerita tentang tamu yang ia temani. Kali ini ada beberapa hal yang ia bagikan saat bersama Syaikh.

1. Syaikh selalu menuliskan nama orang yang baru ia kenal dalam buku catatannya.

Salah satu bentuk keberhasilan menjalin hubungan baru adalah memberikan kesan baik dan hangat, termasuk mengingat nama. Syaikh tidak hanya menuliskan nama orang yang ia kenal. Syaikh Ali bahkan melafalnya berulang lalu menyapa lawan bicara dengan menyebutkan nama dan karakter khasnya. Poin yang aku dapatkan adalah Syaikh memuliakan semua orang dengan baik.

2. Syaikh Ali tidak suka makanan yang mubazir.

Beberapa kali dalam jamuan makan, Syaikh senantiasa menghabiskan makanannya. Suatu ketika saat ada salah satu rombongan yang ikut safar tidak menghabiskan makanannya, ia langsung menegur dengan baik lalu mengajak yang lain turut membantu menghabiskan makanan hingga tiada lagi yang tersisa. Syaikh bahkan tidak merasa sungkan walaupun ia memakan sisa makanan orang lain. Poin disini Syaikh tidak hanya memberikan nasihat tapi juga contoh dengan memulai sehingga tidak ada yang merasa dihardik atas kekeliruannya.

3. Syaikh sangat marah saat jama'ah yang ia kunjungi tidak riuh menjawab sholawat kepada nabi.

Suatu ketika saat safar di sebuah pesantren, Syaikh sempat mengucapkan sholawat namun ia tak mendengar jawaban akan sholawat tersebut padahal mutarjimnya sudah menerjemahkan dengan jelas. Syaikh lalu berbicara panjang lebar. Ia merasa sedih bahwa suatu hari di Yaumil akhir kita akan sangat membutuhkan pertolongannya dan syafaat dari Rasulullah Saw namun mengapa kita malas menjawabnya sholawat kepadanya.  Syaikh mengulang terus terkait sholawat kepada para jama'ah. Ini menjadi sebuah hal penting dibandingkan kisahnya terkait kondisi di Palestina.

4. Syaikh bisa berbahasa Inggris dengan fasih.

Mutarjim yang menemani Syaikh mengaku cukup kaget. Biasanya setiap ia mendapat kesempatan menemani Syaikh dari Timur tengah maka keberadaannya menjadi sangat vital untuk bisa melanjutkan komunikasi dengan banyak orang.

Kalo ini ia merasa geleng-geleng kepala. Ia yang merupakan alumni Yaman dan cukup baik dalam berkomunikasi dengan beberapa tamu Timur tengah baru kali ini mendapati orang yang ia temani tak hanya mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab. Syaikh bahkan sesekali berbicara dengan bahasa Inggris kepada tuan rumah yang mengundangnya ke Medan dengan sangat baik. Penguasaan terhadap beberapa bahasa asing yang dominan di dunia sangatlah penting. Ini merupakan salah satu skill yang harus dikuasai seseorang apalagi da'i.

5. Syaikh berbicara terkait Palestina

Seperti kebiasaan beberapa tokoh ulama dari negeri para nabi yang senantiasa menceritakan tentang bagaimana situasi terkini di negara konflik, Syaikh Ali juga melakukannya. Mengajak masyarakat mendoakan Palestina agar bisa menjadi negeri yang utuh seperti sebelumnya.

Syaikh bercerita bahwa di Masjidil Aqsha ada 6 imam besar tetap. Salah satunya adalah Syaikh Ali dan putranya. Selain 6 imam besar ada juga imam cadangan lainnya yang turut membantu.

6. Syaikh dengan kepribadian kuat namun sangat hangat dalam berbicara.

Awalnya saat Syaikh diberitahu bahwa ia akan didampingi dalam pengawalan saat berada di Medan, Syaikh langsung menolak. Ia dengan tegas mengatakan bahwa, ada perbedaan antara imam besar masjidil Aqsha dengan imam besar Haramain (masjid Nabawi di Madinah dan Mekkah). 

"Imam besar masjid Haramain memang terbiasa dikelilingi oleh pengawalan dan tim pengamanan. Tapi tidak dengan Imam Masjidil Aqsha. Kami sudah terbiasa dikelilingi oleh peluru,"


Hakikat ruh dan jalan seseorang yang terbiasa dalam sebuah perjuangan memang berbeda. Palestina yang memiliki situasi dan kehidupan yang keras menempa banyak penduduk termasuk Syaikh untuk tetap bersedia akan ancaman dan kematian.
Keras dan kuatnya karakter beliau tidak menjadikan ia kaku dalam berkomunikasi. Ia tetap hangat bahkan suka bercanda dengan akrab kepada beberapa tim yang terlibat dalam safar.

7. Syaikh menyukai lirik lagu Tsabat Maidany 

'Bila ada seribu mujahid, aku lah satu diantaranya. 
 
Bila ada seratus mujahid, aku lah satu diantaranya.

 

Bila ada sepuluh mujahid, aku lah satu diantaranya

 

Bila ada seorang mujahid, aku lah yang menggenggamnya,
InsyaaAllah 3x, AllahuAkbar!
Sepenggal lirik dalam reff lagu berjudul Tsabat dari Maidany ini sangat disukai Syaikh. Ia mengatakan ada spirit dan kerinduan di dalamnya. 

"Itu engkau yang menulis syairnya?" Tanya Syaikh.

"Benar, Syaikh," jawab suamiku.

"Lirik yang bagus. Amri, menjadi seorang mujahid butuh tekad yang kuat dalam bertazkiyatun nafs. Ingatlah akan hal itu," pesan Syaikh.


Syaikh Ali Omar Yacoub Abbasi dan doa khusus untuk keluarga kami


Beberapa kali membersamai ulama, jarang sekali aku meminta kepada suami untuk didoakan secara khusus. Kali ini aku meminta kepada suami untuk menyampaikan kepada Syaikh agar ia berkenan mendoakan.

"Apakah kalian memiliki masalah sehingga perlu mendapatkan doa?" 

Ini adalah respon awak saat Syaikh mendengar langsung permintaan untuk didoakan. Di timur Tengah, saat seseorang datang menemui seorang 'Alim dan minta didoakan artinya ia sedang terjerat sebuah masalah.

Syaikh manggut-manggut sambil tersenyum saat ia dijelaskan bahwa tidak ada masalah yang berarti dalam keluarga kami. Murni hanya ingin mendapatkan doa secara langsung dari Syaikh buminya para Nabi. 
Ia lalu bertanya

"Berapa orang putramu, Amri,"

Suami menjawab bahwa kami akan menyambut kehadiran putra ke sembilan ramadhan ini. 

"Apakah itu dari seorang istri?" Tanya Syaikh kaget.

Sambil menganggukkan kepala suami menjawab iya. Syaikh tersenyum lebar. Ia menepuk-nepuk pundak dan merasa sangat senang. Lalu ia mendoakan banyak hal. Sebelum berpisah Syaikh menyampaikan pesan kepada suamiku. 

"Sepulang dari sini, kamu harus memberinya seorang pembantu(baca : ART) ," ujar Syaikh.

"Iya, aku pun turut membantunya dalam pekerjaan rumah dan anak-anak Syaikh," tukas suami membalas Syaikh.

"Iya. Itu tetap harus kamu lakukan. Tapi kamu harus memberinya seorang pembantu. Ia sangat kesulitan membersamai anak-anak ditengah kehamilan. Mendidik anak -anak sambil mengurus rumahtangga," pesan Syaikh.
Suamiku mengangguk.

Ia katakan bahwa target kedepan ia dapat mengupayakan seorang ART seperti nasihat Syaikh Ali. Belum terealisasi memang, tapi itu membuat hatiku hangat dan terharu.
Syaikh Ali bahkan sangat detil hingga ke wilayah yang cukup emosional, wilayah yang jarang mendapatkan porsi bagi sebagian kaum Ayah.

Keesokkan harinya saat bertemu dengan Syaikh, ia kembali bertanya dan menegur suami apakah ia telah berhasil mencari seseorang yang dapat membantu meringankan pekerjaan rumah istri. Duh Syaikh, meleleh hati rasanya.

Akhirnya waktu menemaninya Syaikh pun usai sudah. Beberapa hari bersama Syaikh memberikan banyak spirit dan ibroh bagi kami. Semoga Allah mengabulkan doa-doa yang baik. Begitu pula dengan doa agar suatu hari kami bisa menyentuhkan kaki di bumi para Nabi bersama sekeluarga. Barakallahu fiikum, Syaikh Ali Omar Yacoub Abbasi. Semoga pertemuan kita selanjutnya adalah SyurgaNya.


www.jejakbunda.com
Dokumentasi pribadi tangkapan layar telepon 

www.jejakbunda.com
Saat berkunjung ke MUI

www.jejakbunda.com
Berkunjung ke rumah wagubsu


12 komentar untuk "Syaikh Ali Omar Yacoub Abbasi, Imam Besar Masjidil Aqsha "

  1. Sayang sekali tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu Syaikh Ali Yacoub. Semoga lain waktu beliau bisa ke Medan lagi.

    BalasHapus
  2. MasyaAllah Wa la haula Wa la quwwata illa billah..
    Sampe menetes air mata saking kagumnya.
    Berdekatan dengan orang seperti beliau saja ada rasa kagum seakan melihat indahnya akhlak yang dicontohkan Baginda Rasulullah. Apalagi kalo sampe bisa melihat Rasulullah.. Haduuuh mungkin gak berhenti mata ini berkaca-kaca saking bahagianya melihat akhlak yang sempurna.

    BalasHapus
  3. masyaAllah kak. setiap kali baca atau tahu tentang bumi para nabi yaitu palestina, air mata bisa dipastikan bakal menggenang di mata kak. tidak sedikit org palestina yg awak jumpai berakhlak baik. masyaAllah. Semoga sebelum ajal menjemput, kaki ini dan keluarga tercinta awak bisa menyentuh negeri para nabi khususnya palestina ya kak. aamiin

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. beruntung bisa bersama orang orang baik, pejuang yang selalu menjaga di perabatasan, seperti yang Allah gambarkan dalam surat al ankabut ayat terakhir...

    BalasHapus
  6. masyaallah merinding bacanya, beliau orang yang mulia ya, cara menegurnya pun santun, memberikan contoh langsung sehingga yang ditegur tidak tersinggung

    BalasHapus
  7. Aamiiin Allahuma Aamiin, InsyaAllah terkabul ya kak 🤲 Alhamdulillah bisa bertemu dengan salah satu Imam Besar Masjidil Aqsha - Syaikh Ali Omar Yacoub Abbasi 🥰

    BalasHapus
  8. Masyaa Allah. Sikapnya yang mencatat nama orang yang baru dikenal itu patut kita tiru ya kan. Aku juga baru sadar kalau selama ini belum melakukan itu.

    BalasHapus
  9. Masya Allah. Benar-benar sikap yang menyejukkan ya. Kebiasaanya mencatat nama orang, patut ditiru nih. Kebanyakan orang hanya ingat wajah, tapi lupa nama. Di lihat dari fotonya beliau ini tinggi sekali ya.

    BalasHapus
  10. Wah pengalaman mengerikan kak kepergok langsung maling bawa senjata tajam. Kalo saya bis auto panik

    BalasHapus
  11. Masyaallah, Kak. Sungguh pengalaman luar biasa. Saya terharu dengan nasihat yang diberikan beliau jelang akhir artikel ini. Semoga lancar segala sesuatunya, ya, Kak :)

    BalasHapus
  12. Ma syaa Allah, membaca artikel ini saja membuat aku haru. Pasti rasanya campur aduk jumpa beliau ya mba 🙂

    BalasHapus