Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kontrakan A to Z

 



Bila ditanya siapa yang pernah merasakan suka suka kisah kontrakan tentu saya salah satu yang akan berdiri dan mengacungkan jari. Hahaha, bukan prestasi memang ya. Tapi pengalaman ngontrak adalah salah satu hal yang langsung dialami sehari setelah resmi menjadi seorang istri. Pasca walimatul ursy, suami langsung memboyong ke rumah kontrakan yang sudah dipersiapkan sepekan sebelum terlaksananya acara pernikahan.

Bila dihitung-hitung, sudah 8 rumah kontrakan yang pernah saya dan keluarga tempati sepanjang pernikahan. Tinggal di kontrakan tentu banyak bertemu orang baru dengan berbagai sifat dan karakter yang dimiliki. Ada yang menyenangkan dan sebaliknya tentu ada hal-hal yang kurang kita sukai. Ada yang sangat peduli hingga level kepo ada juga yang cuek gak mau tau.

Seperti saat pertama sekali kami merasakan ngontrak di awal berumah tangga. Saya dan suami tinggal di sebuah paviliun rumah yang hanya bersekat triplek di sisi dapur dan kamar mandi dengan pemilik rumah. Sebagai pasangan baru yang tidak mengalami pacaran sebelum menikah tentunya momentum di rumah berdua saja sepulang ngantor adalah hal yang paling sering kami lalui. Biasanya dimulai sejak jelang maghrib. Dan memang karena sudah seharian diluar rumah beraktivitas, berada dirumah menjadi sangat menyenangkan. Saya dan pasangan menyadari interaksi dengan tetangga tentunya sangat terbatas. Hanya di hari libur bisa sowan ke tetangga. Hal ini membuat kami sepakat membuat agenda menyiapkan cemilan ringan untuk dibagi setidaknya di beberapa rumah terdekat dari rumah. Suatu ketika saat mengantarkan cemilan, tetangga sekaligus pemilik rumah kontrakan menegur saya

"Dek, setiap malam terdengar suara orang mandi di kamar mandi. Tidak kurang dari 3 kali. Apa tidak kedinginan. Kan lebih enak setelah subuh" begitu ocehannya.

Saya saat itu tidak bisa memberikan respon balik berupa kata-kata. Hanya senyum mengembang sambil menarik piring wadah cemilan dan basa-basi pamit pulang. Wadidau, sungguh perhatian sekali ternyata tetangga perdana saya ini. Suami hanya tertawa ngakak saat saya bercerita full ekspresi asli dari tetangga.

Baik mengontrak maupun memiliki rumah pribadi, tentunya kita tidak akan lepas dari kehidupan bertetangga. Tetangga adalah salah satu aset paling berharga dalam kehidupan. Bila memiliki tetangga superbaik berarti kita mendapatkan syurga dunia. Namun sebaliknya bila mendapatkan tetangga yang kurang menyenangkan bisa jadi ia adalah investasi pahala bagi kita bila kita bersabar. Walau bagaimanapun tetangga merupakan saudara terdekat kita.

Menghadapi tetangga tentunya penuh dengan strategi ataupun tips berkomunikasi. Salah satu bahasa komunikasi yang termudah adalah lewat senyuman maupun sapaan ringan. Biasakan menyapa bila berpapasan merupakan tips sederhana namun cukup memikat orang lain. Selain itu kita bisa tambahkan beberapa patah kata sapaan basa basi. Seperti "mau kemana, mba?" "Topinya bagus sekali" atau kalimat ringan lainnya. Berbagi makanan ataupun pertolongan juga dapat membuat tetangga mudah mengingat kita dan melekatkan hubungan baik antar tetangga. Bagi kita yang mungkin punya banyak kesibukan dan jarang bisa bertegur sapa secara langsung, bisa memanfaatkan teknologi seperti menyapa lewat grup percakapan, aktif dalam kegiatan perumahan seperti arisan ataupun ikut berkumpul sesekali dalam obrolan antar tetangga. 

Beberapa Tips 

1. Carilah kontrakan yang letaknya strategis

Tak hanya cantik, letak kontrakan yang strategis perlu dijadikan tolak ukur dalam menentukan pilihan. Kontrakan yang strategis misalnya dekat dengan area kerja ataupun dekat dengan fasilitas umum yang sering dikunjungi akan memudahkan kita dalam beraktivitas sehari-hari. Terutama transportasi umum yang mampu mengakses area tempat tinggal bagi kita yang memiliki keperluan akses kendaraan umum.

2. Perhatikan bunyi perjanjian kontrak dengan baik

Baca setiap poin dengan teliti sebelum membubuhkan tandatangan sewa menyewa. Sebab, tidak teliti dalam memeriksa poin perjanjian dapat merugikan satu ataupun kedua belah pihak yang ujungnya bisa berakhir ke pengadilan. Poin yang tertera biasanya berisi fasilitas, biaya, jangka waktu dan hal-hal lainnya yang mengikat.

3. Sesuaikan biaya kontrakan dengan budget yang ada

Menyesuaikan biaya kontrakan dengan budget dan penghasilan bersih cukup penting. Hal ini erat kaitannya untuk kemudahan alokasi finansial baik dalam waktu dekat maupun panjang. Idealnya biaya yang dikeluarkan untuk kontrakan sekitar tiga puluh  persen dari penghasilan bersih . Atau setidaknya tidak melebihi setengah dari pendapatan bersih kita.

Biasanya di Indonesia sistem pembayaran kontrakan ada yang bulanan dan ada pula yang tahunan. Bila kebutuhan mengontrak disebabkan karena keperluan renovasi rumah atau pindah tugas temporal maka lebih nyaman mencari kontrakan dengan sistem bulanan agar lebih hemat. Namun bila memang membutuhkan jangka waktu panjang pilihlah yang sistem tahunan.

4. Carilah lingkungan yang baik dan aman

Lingkungan yang aman adalah salah satu hal yang membuat kita nyaman berada di sebuah hunian. Jangan sungkan untuk bertanya maupun mencari informasi yang detil terhadap kondisi perumahan yang akan ditempati. Lebih menyenangkan bila perumahan memiliki sistem pengamanan terpadu. Atau bila memiliki dana lebih, gunakan fasilitas CCTV agar bisa memantau kondisi rumah dari jauh.

5. Periksa kondisi dan fasilitas kontrakan yang disediakan

Buat pengontrak hal ini cukup penting menjadi salah satu pertimbangan. Beberapa contohnya berpengaruh besar pada pengelolaan keuangan bulanan. Seperti biaya listrik, air, dan biaya rutin bulanan seperti kebersihan lingkungan. Pengontrak juga harus jeli memeriksa kondisi rumah seperti pipa saluran, kran, kelembaban ruangan ataupun kelistrikan. Agar saat menempati rumah tetap nyaman dan tidak terpaksa mengganti fasilitas yang memang sudah mulai rusak sebelum ditempati.

6. Milikilah kontak pemilik rumah agar mudah dihubungi sewaktu-waktu.

Terkadang pemilik rumah sewa tidak bertempat tinggal di sekitar perumahan yang ia kontrakkan. Ada yang masih bisa diakses karena satu daerah, ada pula yang berdomisili jauh dari tempat kita mengontrak. Upayakan miliki ko kontak  yang akan memudahkan kita mengakses bila terjadi hal-hal darurat.


Semoga bermanfaat ya

31 komentar untuk "Kontrakan A to Z"

  1. Nggak enaknya kontrakan ya itu sih, deket banget sama tetangga. Kadang suka takut privasi terganggu sih. Apalagi kan kalau misalnya kita lagi rame-rame gitu, kan kedengaran sama tetangga. Enaknya memang kalau sudah ada dananya, pengen bangun rumah sendiri yang nggak terlalu deket sama tetangga sehingga privasi lebih terjaga. Atau kalau misalnya deket, mungkin bisa pakai tembok yang kedap suara sehingga nggak mengganggu tetangga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah iya betul sekali. Bila bentuk perumahan sistem satu dinding memang suaranya terasa stereo. Lebih nyaman bila rumah masih ada tembok pembatas untuk meminimalisir keriuhan.

      Hapus
  2. Artikelnya sangat membantu bagi pasangan suami istri yang baru menikah dan ingin hidup mandiri nih. Tentu kontrakan menjadi pilihan favorit untuk hidup mandiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba,
      Ibarat iklan mengarungi bahtera rumah tangga emang sebaiknya dimulai dari nol. Jadi sudah terbiasa mandiri

      Hapus
  3. Nice share ini Shischa, lucu kali yaa induk semang malah menanyakan suara orang mandi malam2, namanya jg manten anyar ah pura2 gak tau mgkin dia yaa. Btw, meski kk skrg jd pemilik kontrakan jd aware juga baca hal2 spt ni, termasuk yg diinginkan oleh penyewa ya, noted.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah iya kak Mia,
      Rada gimana gitu tengsinnya saat itu.
      .
      Waaah, barakallah kak Mia. Semoga sukses bisnis kontrakannya

      Hapus
  4. Hahaha..kebayang merahnya wajah Mbak Shisca saat dibilang masalah mandi..
    Pasti banyak suka duka ya selama tinggal di kontrakan. Tapi setuju jika mesti tetap bersosialisasi dengan tetangga meski ngontrak rumahnya. Karena yang ada di Jakarta tetangga yang ngontrak itu gamau bertegur sapa...padahal kita udah ajakin.Dan menganggap mereka juga sama-sama penghuni.Kuatirnya ada apa-apa yang datang kan pasti tetangga ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya, gak nyangka aja nyasar ke topik itu.
      .
      Sebagian besar wilayah Medan juga begitu mba Dian.
      Yang agak ke pinggir kota biasanya lebih humble. Bahkan sampai punya grup WhatsApp antar penghuni kontrakan dengan induk semang.

      Hapus
  5. Seru juga ya pengalaman jadi kontraktor, maksudnya orang yang mengontrak rumah. Kebetulan aku nggak mengalami masa-masa itu, setelah nikah langsung diboyong ke rumah keluarga suami, lalu 2 tahun kemudian pindah ke rumah orangtuaku karena sekalian merawat ibu yang sedang sakit sampai sekarang ibu udah nggak ada, diamanahi merawat rumah peninggalan orangtua.

    Memang pernikahan di awal-awal selalu penuh perjuangan yaa... akan jadi cerita yang lucu dan istimewa buat anak cucu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga barokah ya mba, merawat ibu.

      Kehidupan awal pernikahan emang seru dan rawan fragile juga sih mba kalo gak sama visinya memandang pernikahan

      Hapus
  6. Huwaaa semua poinnya iya banget, terutama lingkungan yang baik dan aman. Berpengaruh banget soal si lingkungan sekitar ini selain fasilitas dari kontrakan yang ditawarkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu, lingkungan sebenarnya salah satu fasilitas eksternal sih ya.
      Dan menjadi salah satu poin bagi keluarga kami menentukan pilihan menempati sebuah tempat tinggal

      Hapus
  7. nah pas banget mau cari2 kontrakan, memang mesti ada perjanjian serah terima ya mbak. riskan kalau nggak ada surat perjanjian, hhh
    nggak kalah penting mesti mencari kontrakan yang aman dan lingkungan yang nyaman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, lingkungan sangat penting.
      Karena lingkungan adalah faktor eksternal yang sedikit banyaknya akan mewarnai kehidupan dan aktivitas keluarga kita sehari-harinya

      Hapus
  8. Saya 3 tahun ngontak sejak pertama menikah. Alhamdulillah dinikmati suka dukanya, termasuk suka duka bertetangga. Wkwkwk. Kalo berencana ngontrak jangka pendek, misalnya cuma 1 tahun, ya sebaiknya ngontrak yang sudah full furnish. Kalo berencana ngontrak jangka panjang, misalnya 3-5 tahun, baru lah better ngontrak rumah kosongan dan kita beli isinya sendiri. Itu menurut saya sih. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah iya mba betul. Supaya gak repot bongkar pasang perabotan rumah ya.
      Tapi memang biasanya untuk kontrakan menengah ke atas available yang sistem full furnished atau paling tidak kost-an.
      Kalo kosongan lebih sering rumah bedeng tipe 45-60

      Hapus
  9. Setidaknya tipsnya bisa jadi pedoman bagi yang sedang dan ingin mencari kontrakan baru. Harus disesuaikan dengan keadaan terutama soal budget nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener,
      Dan amannya dari sisi finansial adalah senilai 30% dari pendapatan bersih

      Hapus
  10. Udh pernah ngontrak 8 rumah? Wah pengalaman sekali ya kak.. hehe. Nice share nih tipsnya utk yg berniat cari kontrakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya, bukan prestasi memang jumlah ini.

      Lumayanlah buat sebutan kontraktor (tukang ngontrak rumah dan kantor)
      Hahaha

      Hapus
  11. Kayak sama kita kak, selama menikah selalu aja pindah kontrakan mungkin setiap tahun hihi, mau pindah ke rumah pribadi entah kapan terealisasinya ikut suami terus sih *jadicurhat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,yuk lah sini kita syurhat bareng kak id.
      .
      Kalo saya sih gak papa pindah sana-sini yang terpenting selalu bersama keluarga inti

      Hapus
  12. Wkwkwk awkward moment kali ya ditanya begitu sama tetangga.
    Wkwkwk
    Aku pindah berapa kali ya..

    Sudah lebih dari 6 kali sih. Meski gak semua rumah kontrakan wkwkwk..

    Tapi tetangga Ter best emang di komplek griya lestari ya..
    Aah gak bisa dilupain lah..

    BalasHapus
  13. Begitulah ya hidup mengontrak. Sama sih merasakan juga, bertetangga saat sudah berumahtangga ada seninya. Begitu pula memilih kontrakan. Penting sekali memilih yang aman dan strategis, kondisi rumah baik dan air bagus

    BalasHapus
  14. MasyaAllah bisa jadii pelajaran juga buatku nih mbaa. Meskipun belum pernah ngontrak. Kemarin2 pengen hidup ngontrak juga tapi diamanati untuk jaga rumah induk juga sama suami..

    BalasHapus
  15. Wah semangat selalu ya mbak. mengontrak ternyata lebih dengan suka duka ya, dan harus pandai2 menjaga perasaan Krn bertemu dengan banyak orang yang beda2 karakternya.

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah masih bisa ngontrak daripada nge kos.
    Kalau masalah tetangga dimanapun lokasinya pasti ada saja godaannya, namanya masyarakat.
    Kontrakan disana sekarang berapa per tahun mbak?

    BalasHapus
  17. tips kontrakannya sangat bermanfaat banget mba, kalau buat saya point yang kontrakan aman dan nyaman dna punya lingkungan baik itu nomor 1

    BalasHapus
  18. secara di jakarta susah kan y cari tempat tinggal, jadilah banyak bertebaran kontrakan, dan kita harus pilah pilih banyak pertimbangan ya sebelum memutuskan

    BalasHapus
  19. Ya ampun mbak itu tetangga perhatian banget sampe mendengarkan dengan seksama orang mandi..tapi ada baiknya juga tetangga yg seperti itu ya jadi kita aman terlindung habis dia nya perhatian ama kita hehehe

    BalasHapus
  20. Aku di kontrakan merasa ga nyaman sama tetangga yang ibu kontrakan
    Kalau aku ngomelin anak misalnya dia suka curi dengar hahaha

    BalasHapus