Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memilih jalur pendidikan belajar dan berkomunitas







HS? Kenapa sih

HS itu bisa multimakna. Beberapa mengartikan HS sebagai Hidup Sehat, Harus Sukses, Hemat Sangu, Home Stay, Home Sharing, Hari Sabtu, Halal (sesuai) Syariah, Homeschooling dan masih banyak lagi sesuai dengan mindset setiap orang. Semuanya benar. Sama seperti sebuah pilihan, tidak ada larangan mengartikan dan mengarahkan orang mau memilih apa sesuai passion nya, visi-misi, harapan tapi yang terpenting jangan melanggar rambu-rambu aturan syariah dan juga norma hidup.

Seperti pilihan pendidikan untuk keluarga. Setiap keluarga berhak memutuskan jalur apa yang mau ditempuh untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi misi yang sudah didiskusikan bersama. Apakah lewat bersekolah di bangunan sekolah ataupun bersekolah dimana saja. Terlalu banyak istilah yang muncul, Homeschool, Unschool, Flexi School, dan lainnya namun semua itu tak lantas membuat setiap orang merasa lebih unggul. Karena pendidikan bukanlah pertandingan. Cukup lah maksimalkan apa yang bisa kita lakukan karena penentuan keberhasilan urusannya tidak lewat lisan kita. Tapi pada lolosnya kita dari hisab Nya.

Memilih Homeschooling

Awal mula kami memilih HS sebagai jalur belajar anak-anak kami dilatarbelakangi oleh permintaan si Abang. Putra kami yang kedua. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya menempuh jalur terjal, panjang dan penuh onak duri ini (mulai lebay). Apalagi track record sebelumnya saya diasuh keluarga yang menomersatukan bangku sekolah sebagai alternatif pendidikan. Begitu juga dengan keluarga suami. Oppung anak-anak begitu concern agar keturunannya bersekolah tinggi. Karena bersekolah tinggi identik dengan makna sukses, begitu pola pikir yang ditanamkan pada keluarga besar.
Padahal sebagai orangtua, sukses itu adalah dimana anak-anak bisa menjadi salah satu jariyah saat tak ada amalan dunia yang mampu dilakukan lagi.

Kembali lagi ke cerita kenapa memilih HS. Putra kedua kami, tiba-tiba mengajukan permintaan untuk belajar dirumah disebuah pagi di bulan Ramadhan. Katanya, ia ingin menghafal Al-Qur'an saja, dan untuk menghafal sebenarnya bisa saja dilakukan tidak dengan berangkat ke sekolah. Begitu tawaran yang ia ajukan. Saat itu dia duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar. Tentunya permintaan itu tidak langsung kami kabulkan karena kami bukan tipe orang tua model jin dalam botol yang membebaskan meminta 3 hal lalu wuzzz terkabulkan. Ada proses diskusi dengan mereka dan tentunya dimantapkan lewat istikharah kepada Sang Penguasa Jiwa. Akhirnya, tepat pada ajaran baru persekolahan kami memutuskan tidak mengirim anak-anak kembali ke bangku sekolah. Kami pamit dengan pihak sekolah dan tak lupa menyampaikan kepada anak-anak bila ternyata HS yang kami tempuh ini tidak membuat kami enjoy, maka kami tak akan sungkan berbalik arah. Kepada pihak sekolah, kami pun menyampaikan hal yang demikian.

Sudah empat bulan lebih anak-anak tidak berangkat sekolah lalu di sebuah sore bulan November 2016 ada chatt masuk dari seorang teman sesama wali murid di sekolah si Abang. 2 bulan di tahun ajaran baru terjadi peristiwa menggemparkan di sekolah. Ada pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan sekolah dan menimpa seluruh siswa laki-laki satu angkatan dengan anak kami.
MasyaaAllah...
Hal ini juga yang menjadi spirit saat kami mulai jatuh benjol hilang arah mengajarkan anak-anak untuk tetap bangkit dan menghentikan leyeh leyeh bermalas-malasan. Ada tanggung jawab dan amanah, bahwa Allah sudah menyelamatkan anak kami, bahwa Allah begitu mempercayai dan melindungi orang-orang yang berazzam menjadi ahlul Qur'an.

HS, jangan dianggap seperti memindahkan sekolah ke rumah. B aja keleuss. Biasa aja. Ambil segala sesuatu yang memang sesuai dengan spirit dan visi misi keluarga. Masukkan value dan materi yang dibutuhkan. Jangan asal caplok sesuatu yang trending tapi gak cocok sama lambung keluarga. Ataupun semisal cocok di lidah tapi bikin menjerit dompet kita. Nanti jatuhnya jadi stress, gak enjoy. Kalo sudah gak enjoy pasti jadi gak happy. Kalo gak happy bapak ibunya, tentunya anak- anak juga gak bakalan happy. Kan yang bisa bikin tabung kebahagiaan anak-anak salah satunya lewat rasa bahagia yang dimiliki orang tua saat bersama anak-anak nya. Energi bahagia yang ditularkan dan dialirkan.

Memilih materi belajar untuk anak-anak harus sesuai. Karena kami menganggap Al-Qur'an adalah yang penting setelah ilmu tauhid maka hal ini tidak bisa di skip. Segala upaya dilakukan agar materi ini bisa di asup oleh anak-anak. Untuk materi prinsip kedua adalah materi yang menunjang passion anak-anak. Seperti menulis, olahraga dan seni. Selanjutnya adalah materi belajar yang mendukung syarat administratif legalitas. Yakni materi yang akan di ujiankan di akhir pendidikan (materi UN).
Untuk life skill dilakukan setiap hari sesuai dengan keterampilan hidup yang kami anggap bisa membuat mereka menjadi manusia yang layak hidup di masyarakat. Skill sesuai gender, skill bermasyarakat, dan skill yang mendatangkan potensi nafkah.

Lalu,untuk program trending gimana?
Biasanya kami menganut konsep butuh. Jadi kalau sesuatu yang dianggap belum kami butuhkan, biasanya akan mudah di skip. Walaupun beribu manusia lainnya berasyik Masyuk mengikuti hal-hal baru tersebut. Karena biasanya sesuatu yang trending, gak jauh-jauh dari spending budget. Mihil.
Lagi-lagi kalo bisa lebih murah,buat apa bayar yang lebih mahal. #eaaaaa
Etapi hal ini penting loh. Bukan sekedar ikut-ikutan. Modifikasi lah segala sesuatu yang sesuai prinsip rumah namun tak bertentangan dengan syariat.
Dan yang terpenting, kami berpendapat, tak perlu lah mengikuti sesuatu yang memang tidak dicontohkan Nabi. Sudah akhir zaman gini. Lakukan aja yang pasti-pasti.

Jadi kalo ditanya tentang kenapa memilih HS lagi, Selain mengharapkan ridho Allah yang telah menyelamatkan anak kami dari kejahatan seksual, kenapa HS, jawabannya adalah karena Homeschooling itu bisa disesuaikan dengan selera dan gaya kita.
Gaya mencari maisyah/nafkah. Apalagi pola mencari nafkah ala seniman seperti ayahbos kami. HS bisa menjadi jawaban yang menentramkan dan manusiawi. Setidaknya, itu yang kami rasakan



Memilih komunitas
Bagi para homeschooler, punya komunitas itu penting. Sebagai wadah sosialisasi, penambah motivasi dan juga sarana mengambil ilmu secara kolektif. Bersama sama field trip edukasi tentu lebih menyenangkan dan ekonomis dibandingkan eksklusif sendiri. Berbagi banyak insight juga bisa didapatkan dari berkomunitas.

Tapi yang perlu dicatat dalam berkomunitas ini adalah:
1. Pilih komunitas yang memiliki fikroh yang tidak jauh berbeda dari visi misi rumahtangga/keluarga.
Hal ini penting sekali, karena bagi keluarga yang menjadikan tauhid sebagai landasan hukum maka akan susah ngeblend dengan keluarga yang tidak peduli dengan konsep ketuhanan, atheisme,liberalis misalnya.

2. Pilih komunitas yang sesuai standar gaya hidup kita. Agar nantinya kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang benar-benar dibutuhkan karena sesuai budget. Jadi gak usah gabung sama sosialita endebra endebre kalo kita masih pas-pasan budget. Yang ada kita bakal steess.

3. Pilih komunitas yang bebas toksik
Sebenarnya bukan komunitas yang meracuni, tapi isme isme yang mampu meracuni ruh keluarga.

4 . Pilihlah komunitas yang mampu membangun jiwa dan memotivasi menuju kebaikan.
Membangun disini bukan berarti gabung sama member toko panglong dan bahan bangunan yes. Kalaupun salah satu member nya punya, dan senang bersedekah bahan dan material jangan ditolak, cukup ditampung dan dijadikan properti.
Ada banyak sekali komunitas yang mampu memberikan insight positif, bukan sekedar nongkrong santuy gak jelas.

5.Pilih komunitas yang thayyib.
Gak hanya makanan yang harus halalan thayyiba. Komunitas juga. Jangan sampai mempengaruhi kesehatan mental dan jiwa kita dan keluarga. Bisikan iri dengki hasud dan sebangsanya mudah ditularkan menjadi virus dalam berkomunitas ini. Apalagi yang sudah bikin geng dan blok. Tentunya menjadi virus bagi yang lain. Lain halnya kalo bikin blog, tentunya yang dihasilkan fulus. #ayeeee #bloggerlyfe

Dan yang terpenting, jangan takut berbeda bila tak melanggar syariah. Catat, SYARIAH bukan Syarifah.
Bila memilih jalur pendidikan tidak harus sama, masa iya sudah HS dan berkomunitas segalanya Harus Sama, Harus Seragam. Yang benar, Harus Sabar, Harus Salingdukung, Hojo Syirik (alias nyinyiriun) dan gak merasa Hebat Sendiri.




HS dan berkomunitas itu bukan segalanya yang Harus Sukses. Akan ada banyak tantangan dan cobaan yang beratnya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita. Bila ternyata tidak enjoy, jangan ragu untuk di telisik ulang. Fikir lagi  dimana penyebab sambil dicermati hal yang bikin perih hati. Oret-oret kemanfaatan dan pengaruhnya bagi kewarasan diri dan keluarga. Jangan ragu ditinggalkan bila sudah merusak jiwa.
Banyak-banyak minta petunjuk Allah, bila ancamannya adalah keharmonisan keluarga. Agar nantinya mendapatkan jalan dimanakah komunitas yang tepat menuju ridho Nya. Namun, bila jiwa dan hati kita cukup kuat menangkal radiasi dan masih bisa disikapi, bertahan sajalah dulu. Siapa tahu kita mampu memberikan warna dan pengaruh yang positif. Asal jangan kita yang menjadi larut lebur terwarnai.

Tetaplah semangat wahai orang tua...apapun pilihan pendidikan yang ingin engkau setting untuk anak-anak keturunanmu. Pada apapun yang engkau pilih,tetap yang diminta menanggung dan menjawab pertanyaan Allah adalah dirimu sendiri, bukan orang lain apalagi komunitas.

Dimana saja, di bumi Allah yang luas ini kita bisa belajar. Jangan kalah dengan keadaan. Kurikulum dan materi ajarabusa diambil dan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan sesuai yang kita harapkan.oh iya, salah satu bahan belajar tambahan yang barangkali bisa diambil manfaatnya buat belajar


DONLOT GRATIS


- history & geography

- language arts
- music

- science

- visual arts
https://www.coreknowledge.org/curriculum/download-curriculum/




- math

- language arts

- bible

- science

- social studies

- life skills

- technology

- foreign languages

- misc. electives

- health & PE

- art & music

- all-in-one programs

https://freedomhomeschooling.com/


Islamic hs blogs & free resources
https://talibiddeenjr.wordpress.com/
https://ummabdulbasir.wordpress.com/
http://ummabdulbasirscreativecorner.blogspot.com/
http://amuslimchildisborn.blogspot.com
http://www.rahmahmuslimhomeschool.co.uk
https://ummihomeschoolsme.wordpress.com/
https://educatingthemuslimchild.wordpress.com/
https://islamiclapbooking.wordpress.com/
http://sekolahrumahdiamerika.blogspot.com/
http://ummmaimoonahrecords.blogspot.com/
http://ummrashidwrites.blogspot.com/
https://schoolingandhome.wordpress.com/
http://independent-learners.blogspot.com/
https://lolliesplace.wordpress.com/
http://lovingallah.blogspot.com/
https://raisingmuslims.wordpress.com/
https://rivercityhomeschoolers.wordpress.com/
http://www.muslimhomeschooler.com/

18 komentar untuk "Memilih jalur pendidikan belajar dan berkomunitas"

  1. Balasan
    1. copy paste bun ke jendela pencairan, jangan lupa tambahan www nya. Semoga membantu

      Hapus
  2. Haduuuh, aku tu belum siap sama tugas domestic, jadi belum siap homeschooling anak. Nanti setelah tamat sd, baru deh semua di tangan mereka. Maunya kemana.. baru di support.

    BalasHapus
  3. Wah kakak. Kok awak jadinya terharu yak. Allah menimbulkan "pilihan untuk abang" agar dihindari dari sesuatu hal.
    Begitu indahnya rencana Allah. Suatu keputusan yang diambil berdasarkan petunjuk Allah gak akan sia sia ya kak.
    HS juga banyak diterapkan akhir2 ini kak mengingat banyaknya kasus2 terjadi disekolah. Lingkungan juga salah satu determinan pembentukan perilaku anak. So orangtua must be selektif ya kan kk

    BalasHapus
  4. Setuju kak, mau HS atau sekolah formal biasa itu pilihan. Dan atas pilihan itu, kita yang akan diminta pertanggungjawabannya. Aku malah ngerasa nggak sanggup menerapkan HS, karena banyak hal yang harus diurus sendiri pastinya. Salut buat orangtua yang memilih HS untuk pendidikan anak2nya.

    BalasHapus
  5. Selalu salut sama pilihan HS. Kk hanya mengHS kan anak kk smp usia 5 tahun saja...setelah itu melambai ke kamera...hihihi...

    Semoga dimudahkan ya langkah2 kita memenuhi hak belajar dan bermain anak anak dimanapun proses itu di lalui...aamiin

    BalasHapus
  6. Awakpun ini penganut hs..
    Tapi teuteup menyekolahkan anak..
    Merasa ga 100 persen sih sama sistem, tapi sekolah inilah yg mendekati kriteria kami.
    Dan harga terjangkau pulak, Alhamdulillah

    BalasHapus
  7. Salut lah dengan para HSers ini, kami sekarang masih memillih sekolah formal untuk anak-anak. tapi tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti memilih jalur ini. Dan seperti bakal berguru dengan bunda satu ini. :)

    BalasHapus
  8. evy selalu salut sama keluarga yang memilih HS.
    HS ga serta merta pekerjaan mudah. harus benar-benar dirancang secara benar. ada kurikulumnya. dan kalo boleh saran, jangan semua diajarkan oleh ortu saja. harus ada juga materi-materi tertentu yang diajarkan oleh ahlinya. maksudnya gini, orangtua gak bisa semua hal, ga tahu semua hal. ada hal-hal tertentu yang memang harus diajarkan oleh yang kafaah. jadi dia semacam kombinasi juga. itu tadi gunanya berkomunitas ya.

    BalasHapus
  9. Ada plus minusnya ya kak kalau homeschooling. Sebenarnya tidak masalah sih kalau homeschooling ini, asal tetap berbaur, belajar dengan lingkungan dan alam jadinya lebih variasi deh

    BalasHapus
  10. Kepengen juga buat memasukkan anak utk HS atau sekolah alam pas ia Sd nanti karena saya juga tidak suka dgn konsep sekolah konvensional belum lagi lingkungan yg kurang kondusif spt pelecehan atau pembulian yg dilakukan oleh sesama anak.anak butuh lingkungan belajar yg aman dan sehat

    BalasHapus
  11. ya rabbi, semoga kita dan anak cucu kita juga para uslimin dan muslimat dijauhkan dari tindakan2 asusila ya kak. agak kembang kembut jadinya jadi org tua ini ya kak. apalagi kayak kebanyakan orang khussusnya awak, pastinya gak mau yg ribet. bolehlah awak nnti diajari tips dan trip kegiatan sehari2 setelah kakak menjalankan HS ini.

    BalasHapus
  12. Masya Allah. Semangat kak. Semoga Allah berkahi setiap pilihan-pilihan kita.
    Terimakasih juga atas informasinya.

    BalasHapus
  13. Pingin juga sih HS tp benar² saya dan suami yg handle pendidikan anak. Menjadi home educator bg anak² sendiri. Tp ya itulah kembali dihadapkan pd realitas. Kami berdua sama² PNS. Hidup adalah pilihan memang, dan saat ini mitra kami untuk pendidikan anak², pesantren dan SD Islam. Semoga Allah memudahkan. Aamiin

    BalasHapus
  14. Sudah lama dengar tentang HS, tp baru ini dapat penjelasan kayak gini. Cuma mau nanya, HS kan ada komuniyas buat bangun kehiduoan sosial anak. Tapi itu kan tidak setiap saat. Jadi kayaknya anak jadi kurang banyak bertemu dengan rekan sebayanya?

    BalasHapus
  15. Dengan HS, anak dan orangtua bisa sama sama belajar ya kak. Anak juga bisa dalam pantauan orangtua. Namun ada kurang baiknya karena anak tidak bersosialisasi dengan teman kecuali teman di sekitar perumahan. Bener ga sih kak?

    BalasHapus
  16. Banyak yang mau kutanya tapi akhirnya bingung kak cis haha😂

    Jadi nanti aja lah ngobrol kalau ketemu wkwk

    Ini semua anak kakak akhirnya homeschooling ka?

    BalasHapus
  17. Selalu salut sama yg milih HS. Karena nyusun kurikulum dan disiplin sendiri pastilah tidak mudah. Semoga lancar terus ya kaaak.. barakallah

    BalasHapus